ARSITEKTUR ONLINE

ARSITEKTUR ONLINE

JASA DISAIN ARSITEKTUR

Cari Arsitek disini tempatnya...........

Arsitektur Online adalah penyedia jasa arsitek yang dilakukan secara online dimana berfokus pada keperluan desain arsitektur. Mulai data dari owner di kirim via email terus komunikasi penyajian desain juga via email sampai penyajian terakhir bisa dikirim via pos. Dengan keberadaan online internet kita bisa menjangkau ke seluruh pelosok nusantara bahkan dunia untuk memenuhi kebutuhan desain arsitektur dengan mudahnya untuk itu www.onarsitek.com berdiri.

Desain Arsitektur

Kebutuhan desain arsitektur baik keperluan eksterior maupun interior mulai dari rumah tinggal, kantor, ruko ( rumah toko ), villa, gudang, hotel, mall, apartemen, tempat ibadah, dll tergantung permintaan owner.

Desain Rumah

Didalam proses pelaksanaan suatu rumah tinggal perlu adanya desain yang dapat dijadikan acuan / pegangan supaya lebih memudahkan didalam pengerjaan proyek rumah tinggal untuk itu desain rumah mutlak adanya apalagi rumah mewah yang banyak sekali memerlukan suatu apresiasi didalam proses menuangkan ide-idenya.

Produk Arsitektur

Untuk mencukupi keperluan didalam suatu proyek maka dibutuhkan gambar konsep, gambar penyajian, gambar kerja khususnya arsitektur untuk itu onarsitek berusaha untuk memenuhi kebetuhan tersebut.

Penyajian Arsitektur

Didalam penyampaian kepada konsumen perlu adanya suatu hal yang dapat memperjelas pengertian terhadap owner untuk itu diperlukan penyajian arsitektur yang mudah pengplikasiannya, maka perlu suatu produk digital yang dapat membantu untuk membuka pandangan masyarakat awam

Seluruh Indonesia

Untuk sementara waktu ini onarsitek hanya bisa melayani customer seluruh Indonesia, tetapi untuk jangka panjang tidak menutup kemungkinan bisa seluruh dunia.

ORDER DESAIN

Rabu, 17 November 2010

Memasang Material Alam

Memasang Material Alam


Memasang batu alam tak jauh berbeda dengan memasang keramik. Namun, tentu saja ada beberapa hal yang berbeda. Berikut tips memasang Jenis Batu Alam & Jenis Batuan Alam :

1. Sebelum dipasang, sebaiknya Batu Alam direndam dalam air. Sebab batu alam memiliki pori-pori yang besar sehingga bila ditempel langsung biasanya mudah lepas(jenis jenis batuan alam ini dapat anda temukan pada Material Alam, Jenis Material & Jual Material.

2. Bila akan dipasang pada dinding, kupas acak permukaan dinding agar batu alam akan lebih kuat menempel pada dinding, sebaiknya anda mencari Material Alam, Jenis Material & Jual Material pada toko yang bener - benar sudah profesional.

3. Gunakanlah semen khusus atau semen instan agar Jenis Batu & Jenis Batuan alam lebih kuat menempel, untuk mendapatkan batuan alam yang berkualitas sebaiknya anda membeli di Toko Jual Batu, Jual Batuan, Jual Batu Alam & Jual Batuan Alam yang sudah berpengalaman,

4. Batu alam memiliki presisi yang tidak terlalu pas. Penyimpangan ukuran pada batu alam bisa mencapai 5 mm atau bahkan 1 cm. Kalau sudah begini, hasilnya bisa dipastikan tidak akan rapi. Karena itu perhatikan benar presisi batu pada saat membeli, dan gunakan tukang yang sudah berpengalaman dalam pemasang batu alam

5. Batu Alam relatif berat karenanya Anda membutuhkan semen yang lebih banyak, mutu pasir yang baik dan air yang bersih sebagai 'lem' penempel. Makin rendah mutu adukan, makin mudah batu tersebut lepas (Anda mau batu alam berkualitas dan murah coba anda cek disini Jual Batu, Jual Batuan, Jual Batu Alam & Jual Batuan Alam). Pastikan pula adukan semen diaplikasikan secara merata pada permukaan batu Batuan Alam yang akan ditempel jangan hanya bagian tengahnya

6. Jangan membiarkan bekas semen di permukaan Jenis Batu Alam & Jenis Batuan Alam sampai kering. Batu Batuan Alam memiliki sifat porous (menghisap air) sehingga apabila semen didiamkan di permukaan batu sampai kering, maka akan sangat sulit dihilangkan

7. Setelah pemasangan, sikat permukaan Jenis Batu & Jenis Batuan dan keringkan. Lalu lapisi dengan cairan coating. Apabila sering terkena air permukaan batu akan anti jamur dan lumut serta mengkilat sampai setengah tahun. Jika selalu kering tentunya akan tahan lebih lama lagi.


Sumber: Republika Online

Tips Membeli Batuan Alam

Tips Membeli Batuan Alam


Ada beragam material dapat dipakai untuk melapisi dinding. Batu Alam salah satunya. Aksen dekoratif yang indah dapat tersaji jika kita cermat dalam memilih Batu Alam dan memasangnya.Batu alam membuat tampilan ruangan jadi alami. Bentuk, tekstur, dan motifnya mampu membuat suasana ruang berubah sejuk alami.Dalam pemasangan Jenis Batu Alam & Jenis Batuan Alam, batu alam dapat menghasilkan beragam pola dan tampilan. Batu alam dapat dipasang dengan pola seperti batu bata dinding, kotak-kotak bujur sangkar, dan susun sirih. Selain juga pemasangan Jenis Batu Alam & Jenis Batuan Alam maju mundur. Pilihan pola ini dapat disesuaikan dengan keinginan atau sesuai dengan karakter batu yang dipakai.Batu candiBatu ini berupa lempengan. Mudah menyerap air karena berpori besar.

Teksturnya kasar. Apabila terkena air, warna batu lebih kelam. Biasanya semakin hitam. Ukuran yang tersedia: 10cmx20cm, 15cmx30cm, dan 20cmx20cm. Tersedia pula ukuran lebih besar, berkisar antara 20cmx30cm, 20cmx40cm, dan 40cmx40cm, carilah jenis batu di Jual Batuan.Umumnya batu candi digunakan pada eksterior. Misalnya di teras, selasar, dan pagar. Namun tak tertutup kemungkinkan, batu candi dipakai pada interior. Biasanya hanya hanya sebatas pemanis ruangan.Batu parasMaterial Alam Beda dengan batu candi, batu paras memiliki tekstur lebih halus.

Proses pembuatannya dibantu mesin penghasul. Warna pun lebih terang. Ada yang kuning, hijau, cokelat, dan putih. Ukuran yang umum diperjualbelikan adalah 10cmx10cm sampai 20cmx40cm.Batuan Alam ini cocok di segala ruang, eksterior maupun interior. Sebagai aksen dinding atau lantai. Namun jika aplikasi batu paras di ruang eksterior perlu proses coating. Tingkat porositasnya yang tinggi membuat batu ini mudah lembap dan ditumbuhi lumut.

Hal penting yang perlu diketahui saat pemasangan Batuan Alam, gunakan adukan semen yang lembek agar batu dapat terikat kuat pada dinding.Batu kaliBongkahan menjadi ciri utama batu kali. Batu ini biasa digunakan untuk fondasi rumah. Meski begitu, tersedia juga batu kali lempengan. Bentuk dan ukurannya biasanya tidak teratur. Lempengan batu ini biasa dipakai untuk lapisan dinding ataupun lantai.Bentuk dan ukuran yang tidak beraturan jelas membuat proses pemasangan agak sedikit ribet. Butuh tukang ahli supaya hasil rapi disini anda dapat menemukan batu alam Jual Batu Alam & Jual Batuan Alam.Batu andesitMaterial Alam Batu ini paling keras di antara batu alam yang umum dipakai. Tingkat porositasnya paling kecil, karena berpori rapat. Warnanya gelap. Ukuran yang tersedia mulai 5cmx20cm, sampai 20cmx40cm, dengan ketebalan 3-4cm.Seperti halnya batu paras, penggunaan batu ini cocok di segala ruang. Pola yang banyak digunakan adalah susun bata. Pola ini menjadikan struktur pelapis dinding ini kuat karena saling mengikat temukan batu di Jual Batu.

Natural dengan Batu Alam

Natural dengan Batu Alam


Selain menyisakan ruang untuk ditanami rumput atau tanaman lainnya, ada hal lain yang bisa membuat rumah kita memiliki kesan “kembali ke alam” (back to nature), yaitu dengan menggunakan batu alam.

Dulu, penggunaan batu alam pada rumah hanya sebatas untuk mempercantik elemen bangunan luar rumah saja, seperti pagar, garasi, pilar atau taman. Namun, seiring berkembangnya pola hidup masyarakat yang lebih back to nature, batuan alam kini menjadi salah satu elemen menarik untuk ditempatkan di area dalam rumah.

Tidak hanya memberikan nuansa alami, jenis batu alam juga dapat menimbulkan suasana lebih sejuk di dalam rumah. Anda pun bisa lebih santai dan relax bersama keluarga tercinta.

Sama halnya dengan area luar rumah, untuk menciptakan kesan alami di dalam rumah, Anda bisa memilih sendiri penempatan batuan alam yang sesuai dengan interior rumah Anda.

Untuk menggunakan batu alam pada lantai, pilihlah jenis-jenis batuan alam yang permukaannya halus dan teksturnya tidak tajam, seperti batu andesit, batu candi, marmer atau batu paras. Hal ini dimaksudkan agar tidak melukai kaki ketika diinjak. Sedangkan untuk dinding, Anda bisa memilih jenis batuan alam yang sama dengan batu alam untuk lantai, atau yang permukaannya lebih kasar dan tidak rata, seperti batu kali.

Batu Andesit adalah batu yang sangat fleksibel, bisa ditempatkan di lantai maupun dinding. Karena selain kuat, jenis batuan alam andesit juga tahan lumut. Andesit memiliki warna yang beragam, seperti andesit Cirebon yang memiliki warna abu-abu gelap dan terang, motifnya ada yang berbintik-bintik serta polos. Lalu andesit Tulungagung yang memiliki tiga warna, yaitu hitam, abu-abu dan hijau. Serta andesit Pemalang yang punya ciri khas warna abu-abu kecoklatan.

Batu untuk lantai yang lain adalah batu candi. Sepintas, batu Candi mirip dengan andesit. Namun, warnanya hitam dan memiliki pori-pori yang cukup banyak. Sementara untuk marmer, Anda bisa memilih marmer berdasarkan nama daerah di mana jenis material batu tersebut berasal, seperti marmer Tulungagung, Bandung dan lain sebagainya. (untuk keterangan lebih lengkap, baca artikel Marmer dan Jenisnya).

Untuk batu Paras, Anda bisa memilih salah satu diantara 2 jenis batu alam yang umumnya ada di pasaran, yaitu batu paras Yogya dan Bali (Pawon). Batu paras Yogya memiliki warna dasar putih bersih dan krem. Aneka batu Paras Bali atau batu pawon memiliki warna dasar abu-abu dengan garis-garis kuning dan coklat di permukaannya. Jenis batu paras putih (Yogya) memiliki kepadatan yang baik sehingga paling kuat dibandingkan jenis lainnya yang tidak terlalu padat.

Jenis atu alam untuk dinding, yaitu batu kali, memiliki ciri fisik yang agak berbeda dari batu alam untuk lantai. Batu kali berbentuk bongkahan dan ukurannya tidak teratur. Biasanya batu ini digunakan untuk pondasi rumah, namun untuk pemasangan pada dinding, Anda bisa memakai yang berbentuk lempengan.

www.solusibangunanmu.com

Batu Alam Untuk Material Bangunan

Batu Alam Untuk Material Bangunan

PEMANFAATAN batu alam dari panjual batu untuk mempercantik elemen bangunan masih menjadi tren di kalangan masyarakat. Aneka batu alam dari penjual batuan tersebut biasa digunakan sebagai material bangunan untuk dinding yang diletakkan di area carport, teras, pilar, taman, hingga kamar mandi.

Material alam bangunan dari penjual material yang sedang "naik daun" ini berhubungan dengan pola hidup masyarakat yang back to nature, baik makanan, obat-obatan hingga tempat tinggal. Secara spesifik tujuan pemakaian batuan alam dari penjual batu alam adalah agar tampilan bangunan tidak monoton, kaku dan masif. Selain itu, pemilihan jenis batuan alam dari penjual batuan alam sebagai elemen bangunan dapat menyeimbangkan komposisi suatu bangunan secara menyeluruh.

Mengenai hal itu, Imam Rasyidi, kontraktor dari PT Rumah Idaman Indonesia (RII) menjelaskan cara pandangnya. "Pengaplikasian jenis batu alam dari penjual batu di rumah dapat memberi kesan rumah bervariatif dan tidak perlu mengecat terus menerus. Selain itu, jenis batuan alam dari penjual batuan dapat membuat tampilan hunian terasa tidak monoton," kata Imam saat dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Selasa (27/5/2008).

Namun untuk mengaplikasikan jenis material batu alam dari penjual material perlu mengetahui ragam dan fungsi dari seluruh jenis batu alam yang ada di penjual batu alam. Hal ini diperlukan guna meminimalisir kesalahan dalam pengaplikasian batu alam. Sehingga aneka batu batu alam dari penjual batuan alam yang lebih cocok digunakan untuk interior tidak akan digunakan untuk eksterior. Terutama perlu menyelaraskan dengan gaya rumah yang digunakan untuk membuat penampilan jenis batu alam terlihat dinamis. "Jenis batuan alam untuk interior sebetulnya batuan alam yang tidak banyak berlumut, sedangkan untuk eksterior sebaiknya dipilih material alam yang lebih kuat, karena ada jenis material alam yang tidak kuat digunakan di luar rumah. Selain itu, jenis batu alam yang digunakan pun harus dipilih sesuai langgam bangunannya," tutur lulusan Universitas Indonesia itu.

Ditambahkan oleh pria yang pernah menjadi staf pengajar di almamaternya itu, jenis batuan alam yang merupakan batu dari alam itu diambil dan diolah sedemikian rupa untuk berbagai macam keperluan dan dan aktivitas. Jenisnya yang beragam membuat manusia berusaha mengolahnya menjadi berbagai macam bentuk dan fungsi. "Seiring dengan perkembangan zaman, maka terdapat beberapa jenis batu alam yang dapat dipilih yaitu mulai dari batu candi, batu paras Yogya, batu granit hingga andesit," jelas pria yang dulu bekerja di pasar modal itu.

Adapun pola pemasangan batu alam itu sendiri, menurut Imam, harus disesuaikan dengan jenis batu alamnya yang bermacam-macam. Dalam proses pemasangannya pun memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Pola pemasangannya sangat menentukan penampilan batu alam.

Tidak semua batu alam dapat dipasang dengan pola yang sama, hal ini disebabkan oleh sifat fisik dan tekstur batu alam yang berbeda-beda. Mulai dari berbagai macam bentuk finishing hingga batu alam andesit yang menjadi favorit hingga bentuk mosaic batu alam yang eksotis. "Pola pemasangan batu alam tergantung pada kreativitas arsiteknya. Ada yang ingin mengaplikasikan batu alam dengan pola penyusunan sederhana tanpa banyak ukiran, ada yang mengombinasikan ukiran dengan pola-pola tertentu," pungkasnya. (nsa)

http://lifestyle.okezone.com/

Senin, 15 November 2010

Hotel Daniel Dead Sea





Daniel Dead Sea Hotel Terletak di tempat terendah di dunia Ein Bokek Dead Sea.
Lokasi Daniel Hotel besar memungkinkan para tamu mengambil keuntungan dari segala sesuatu yang DeadSea yang ditawarkan - dari pemandangan indah yang gurun ke perairan terapeutik. Hotel juga menawarkan kedekatan ke situs-situs bersejarah: Qumran, Ein Gedi, Massada dan banyak lagi.

HOTEL ORCHARD



HOTEL ORCHARD

Alamat: 442 Orchard Road
Street: Orchard Road
Lokasi: Orchard Road

Ideal pada awal dunia terkenal Orchard Road, Orchard Hotel perabotan rumah 680 tanpa cela kamar, termasuk 13 Executive Suites dan 1 Presidential Suite yang terletak di dua sayap terpisah. Sebuah pilihan dari dua Klub Eksekutif - The Club Premier dan pemanen 'Club, menunggu perjalanan bisnis yang cerdas.
Melangkah keluar dari pintu masuk utama kami untuk peregangan tak berujung kesempatan belanja dan hiburan.
Mudah diakses oleh semua moda transportasi umum, Orchard Hotel Singapura adalah hanya 25 menit dari Bandara Internasional Changi, dan hanya 10 menit dari Pusat Financial District Shenton Way, serta Singapore International Convention dan Exhibition Centre. Selain itu, Orchard Mass Rapid Transit adalah stasiun santai berjalan kaki.

Sabtu, 06 November 2010

Jasa Biro Arsitek : Kriteria Perencanaan dan Pembangunan Rumah Tinggal

Biro Arsitek : Kriteria Perencanaan dan Pembangunan Rumah Tinggal



Konsep proyek perencanaan dan pembangunan rumah tinggal harus memperhatikan 6 kriteria-kriteria perencanaan suatu bangunan , agar aman dan nyaman di tempati sesuai yang diharapkan.
Enam kriteria perencanaan tersebut adalah :

1. teknis
Dalam setiap pembangunan gedung, harus dipenuhi persyaratan teknis bahwa bangunan yang didirikan harus kuat untuk menerima beban yang dipikulnya, baik beban sendiri gedung maupun beban yang berasal dari luar seperti beban hidup, beban angin dan beban gempa. Bila persyaratan teknis tersebut tidak diperhitungkan maka akan membahayakan orang yang berada di dalam bangunan dan juga bisa merusak bangunan itu sendiri. Jadi dalam perencanaan harus berpedoman pada peraturan- peraturan yang berlaku dan harus memenuhi persyaratan teknis yang ada.

2. ekonomis
Dalam setiap pembangunan, persyaratan ekonomis juga harus diperhitungkan agar tidak ada aktivitas-aktivitas yang mengakibatkan membengkaknya biaya pembangunan. Selain dicapai dengan pendimensian elemen struktural dan non struktural yang efektif dan efesien persyaratan ekonomis ini bisa dicapai dengan adanya penyusunan time schedule, pemilihan
bahan-bahan bangunan dan pengaturan serta pengerahan tenaga kerja profesional yang tepat. Dengan pengaturan biaya dan waktu pekerjaan secara tepat diharapkan bisa menghasilkan bangunan yang berkualitas tanpa menimbulkan pemborosan.

3. fungsional
Hal ini berkaitan dengan penggunaan ruang, yang biasanya akan mempengaruhi penggunaan bentang elemen struktur yang digunakan

4. estetika
Agar bangunan terkesan menarik dan indah maka bangunan harus direncanakan dengan memperhatikan kaidah-kaidah estetika. Namun persyaratan estetika ini harus dikoordinasikan dengan persyaratan teknis yang ada untuk menghasilkan bangunan yang kuat, indah dan menarik.

5. lingkungan
Setiap proses pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan karena hal ini sangat berpengaruh dalam kelancaran dan kelangsungan bangunan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Persyaratan aspek lingkungan ini, dilakukan dengan mengadakan analisis terhadap dampak lingkungan di sekitar bangunan tersebut berdiri. Diharapkan dengan terpenuhinya aspek lingkungan ini dapat ditekan seminimal mungkin dampak negatif dan kerugian bagi lingkungan dengan berdirinya Rumah Tinggal Swadaya ini.

6. ketersediaan bahan di pasaran
Untuk memudahkan dalam mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan maka harus diperhatikan pula aspek ketersediaan bahan di pasaran. Dengan kata lain, sedapat mungkin bahan-bahan yang direncanakan akan dipakai dalam proyek tersebut ada dan lazim di pasaran sehingga mudah didapat dengan biaya hemat.

7. ketentuan standar
Perencanaan juga didasarkan pada standar perhitungan yang berlaku di Indonesia antara lain:
- Pedoman Beton 1989,
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1991-03,
- Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Gedung 1983,
- Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987.

Jumat, 05 November 2010

Analogi Arsitektur di dalam al-Qur’an

Analogi Arsitektur di dalam al-Qur’an


analogi-upload-1.jpgAl-Qur’an sebagai kitab pedoman utama kehidupan, sesungguhnya merupakan lautan hikmah dan pelajaran yang tak terkira tepi dan dasarnya. Al-Qur’an menjadi inspirasi dan dasar bagi penulisan begitu banyak buku sesudahnya. Tidak tercatat dalam sejarah, sebuah kitab pun yang dapat menandingi al-Qur’an dalam hal ini. Berjuta buku yang telah ditulis berdasarkannya pun tak sanggup menguraikan isi dan kandungan al-Qur’an secara menyeluruh. Hal ini disebabkan isi dan kandungannya yang begitu luas dan dalam untuk diselami. Karenanya, setiap usaha untuk mengambil pelajaran dan memperoleh hikmah dari sebagian kecil isi dan kandungan al-Qur’an pun akan sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan dan peningkatan kesadaran kita sebagai makhluk Allah swt.

Tulisan kali ini pun hanya mencoba untuk memaparkan setetes kecil hikmah dari ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan arsitektur. Seperti kita ketahui, terdapat cukup banyak ayat al-Qur’an yang menceritakan tentang rumah-rumah binatang, teknologi bangunan dan peradaban bangsa-bangsa terdahulu. Pada dasarnya, seluruh cerita di dalam al-Qur’an ini tidaklah semata-mata bersifat deskriptif. Dalam bukunya ‘Indahnya Al-Qur’an Berkisah’, Sayyid Quthb memaparkan bahwa kisah-kisah di dalam al-Qur’an bukanlah sebuah karya seni yang hanya bertujuan seperti seni sastra pada umumnya. Sebenarnya, kisah-kisah itu adalah salah satu cara al-Qur’an mewujudkan tujuan keagamaan, di antaranya menetapkan wahyu dan risalah, membenarkan kabar gembira dan ancaman, memberikan nasehat dan peringatan, dan sebagainya. Dengan kata lain, selalu terdapat pelajaran, hikmah dan peringatan di balik setiap perumpamaan dan cerita di dalam al-Qur’an. Hal ini ditegaskan di dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 111, sebagai berikut:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf [12]:111)

Perumpamaan atau seni ilustrasi di dalam al-Qur’an, antara lain digunakan untuk memberikan gambaran yang hidup (visualisasi) terhadap makna-makna yang terkandung. Sayyid Quthb memaparkan bahwa sebagian besar sifat, percakapan, tekanan kata, nada kalimat dan irama ungkapan dalam al-Qur’an ikut dalam menampakkan suatu gambar yang dapat dinikmati dengan mata, telinga, indra, khayalan, pemikiran dan perasaan. Dengan demikian, setiap orang dapat dengan jelas dan mudah memahami pelajaran-pelajaran yang ada di dalamnya.

Salah satu contoh perumpamaan atau analogi arsitektur terdapat pada surat At-Taubah ayat 109, yang artinya:
“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. at-Taubah [9]:109)



Dalam ayat di atas, Allah swt. membuat perumpamaan tentang keadaan orang-orang yang zalim dengan orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh. Perumpamaan ini membawa orang yang membacanya untuk membayangkan secara langsung, betapa sia-sia perbuatan mendirikan bangunan di tepi jurang dan betapa perbuatan itu sebenarnya membahayakan dirinya sendiri.

Contoh lain dari analogi ini, adalah pemaparan al-Qur’an di dalam surat An-Naml ayat 44 tentang kekaguman Ratu Saba ketika memasuki istana Nabi Sulaiman.

“Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.” (QS. an-Naml [27]:44)

Di dalam ayat ini, dideskripsikan kemajuan teknologi bangunan yang telah dicapai di masa lalu. Penggunaan kaca sebagai bahan lantai, sehingga menampilkan kesan seperti air, mencerminkan teknik konstruksi dan karya seni yang sangat mengagumkan, bahkan sampai saat ini. Dengan demikian, kita lalu dapat menepis anggapan bahwa orang masa kini lebih pintar dari orang di masa lalu.

Selain itu, ayat ini juga memberikan pelajaran kepada manusia tentang betapa setiap kekaguman terhadap keindahan dan nilai-nilai estetika arsitektur seharusnya bermuara pada kesadaran dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt. sebagai pemilik segala keindahan dan keagungan. Setiap arsitek muslim harusnya menyadari bahwa segala kemampuannya mengelola keindahan itu tidak lain dikarenakan karunia Allah kepadanya. Karenanya, semangat yang terbangun harusnya terjaga dari keinginan untuk menonjolkan dan menyombongkan diri dengan karya arsitektur yang dihasilkannya.

analogi-upload-2.jpg

Beberapa ayat lain di dalam al-Qur’an juga menceritakan betapa majunya peradaban dan teknologi yang telah dicapai oleh bangsa-bangsa yang telah lalu. Al-Qur’an mendeskripsikan tentang kota ’Iram yang memiliki tiang-tiang yang tinggi, kaum Tsamud yang memahat tebing-tebing yang tinggi untuk dijadikan bangunan, serta Fir’aun dan arsiteknya Haman yang membuat bangunan yang tinggi. Lebih jauh, al-Qur’an juga memaparkan tentang bagaimana akhir peradaban bangsa-bangsa itu. Bekas-bekas peninggalan kota-kota itu bahkan masih dapat kita lihat dan temui saat ini.

“Itu adalah sebahagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.” (QS. Huud [11]:100)

Hal ini memberikan sangat banyak pelajaran kepada manusia. Pelajaran pertama yang dapat diambil, adalah bahwa tidak ada kebesaran yang dapat bertahan terhadap kehancuran di dunia ini. Kita dapat melihat peninggalan peradaban bangsa Mesir, Mesopotamia, Yunani, Romawi, China, India, Inca, Maya, dan sebagainya, yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Sehebat apapun peradaban yang dibangun, selalu terdapat siklus yang dilalui, yaitu kelahiran, perkembangan, puncak kemajuan dan masa kemunduran. Hal ini menunjukkan kepada manusia, bahwa hidup di dunia ini sesungguhnya teramat singkat jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat kelak. Penyalahgunaan nikmat Allah SWT untuk bermegah-megahan dan hidup dalam kemewahan mengakibatkan manusia lalai dan menganggap kehidupan di dunia ini abadi. Karenanya, sembari mensyukuri segala karunia di dunia ini, manusia hendaknya tidak melupakan tujuan utamanya untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan lebih kekal di akhirat kelak.

Pelajaran kedua yang dapat diambil dari kisah-kisah itu, adalah bahwa setinggi apapun kecerdasan dan kepintaran manusia, jika dibarengi dengan kesombongan dan pengingkaran akan nikmat dan perintah Allah swt., maka akan mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan terhadap manusia itu sendiri.

“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.” (QS. ar-Ruum [30]:9)

analogi-upload-3.jpgPeninggalan-peninggalan peradaban bangsa terdahulu di bidang arsitektur sangat banyak tersebar di muka bumi. Situs-situs purbakala ini dilestarikan dengan baik sebagai salah satu sumber ilmu sejarah, budaya, arkeologi, dan sebagainya. Perkembangan penemuan-penemuan di bidang arkeologis dan sejarah ini tentu bukanlah suatu kebetulan semata. Allah swt. telah menjadikannya sebagai bukti-bukti nyata yang dapat dilihat oleh manusia-manusia yang datang kemudian, agar mereka menjadikan semua itu sebagai bahan pelajaran dan peringatan.

“Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]:66).



Selain beberapa contoh di atas, analogi arsitektur di dalam al-Qur’an dapat kita temui pula pada tataran konseptual. Dalam dunia arsitektur, secara umum dikenal sebuah konsep dasar yang dicetuskan oleh Vitruvius, seorang arsitek yang hidup di zaman Romawi, untuk menilai sebuah obyek arsitektur. Konsep dasar ini terdiri dari tiga unsur utama, yaitu kekokohan (firmitas), kegunaan (utilitas) dan keindahan (venustas). Alam semesta dan segala yang ada di dalamnya ternyata mengandung nilai-nilai kekokohan (firmitas), kegunaan (utilitas) dan keindahan (venustas) yang sangat sempurna. Pelajaran ini bahkan dapat diperoleh dari ciptaan-ciptaan Allah SWT yang seringkali dianggap remeh oleh manusia, seperti lebah, semut dan laba-laba.

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”.” (QS. An-Naml [27]:18)

Sarang-sarang mereka dianggap lemah dan tidak berarti oleh manusia, sehingga seringkali manusia merusaknya, dengan sengaja ataupun tidak, tanpa rasa berdosa. Padahal, di balik setiap penciptaan mereka terdapat hikmah dan pelajaran yang sangat besar, bahkan bagi perkembangan keilmuan arsitektur saat ini. Di dalam sebuah sarang lebah madu misalnya, terdapat sebuah perhitungan matematis yang sangat akurat tentang optimalisasi pembentukan ruang dari segi bahan baku dan volume ruangan. Sementara itu, di dalam sebuah sarang semut terdapat mekanisme pengaturan panas dan sterilisasi ruang, seperti yang dibutuhkan di dalam perancangan sebuah rumah sakit. Lebih jauh, dari rumah-rumah laba-laba yang kita anggap lemah, ternyata kita juga dapat memperoleh pelajaran mengenai prinsip struktur kabel yang kuat menahan beban tarik.

Demikianlah beberapa contoh singkat analogi arsitektur yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Dari pemaparan ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas, bahwa alam semesta dan setiap makhluk ciptaan Allah SWT ternyata mengandung nilai-nilai kekokohan (firmitas), kegunaan (utilitas) dan keindahan (venustas), dengan tingkat kesempurnaan dan keseimbangan yang sangat tinggi. Lebih jauh, pembahasan ini bertujuan untuk mengantarkan pembaca kepada pemahaman bahwa di dalam setiap ciptaan Allah SWT terdapat banyak sekali hikmah dan makna yang dapat diterapkan dalam dunia keilmuan arsitektur.

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Huud [11]:6)

Dalam tataran hikmah, pemaknaan obyek arsitektur ternyata bukanlah sekedar pemaknaan akan kekokohan, kegunaan dan keindahan semata. Pemaknaan lebih dalam, sebenarnya adalah pemaknaan yang mengantarkan manusia kepada kesadaran yang lebih tinggi (transendensi) akan keesaan dan kebesaran Allah SWT. Pada akhirnya, keilmuan menjadi penguat dan penegak keyakinan agama. Insya Allah.

Is this (no) architecture??

Is this (no) architecture??


Pernahkah, pada saat-saat tertentu yang tidak terencana, kita menemukan gubuk semacam ini di tengah-tengah lingkungan kota yang penuh dengan bangunan-bangunan kokoh dan berdinding bata? Jika ya, apakah yang terlintas dalam benak kita ketika melihatnya? Apakah kita sempat berpikir tentangnya? Ataukah gubuk sesederhana ini bahkan tidak mampu mencuri perhatian kita walau sejenak? Ia mungkin hanya tertangkap oleh mata kepala tanpa pernah sampai ke mata hati kita.

Sebagian orang mungkin akan menggeleng penuh rasa iba jika memikirkan nasib orang-orang yang mendiami gubuk ini. Sebagian lagi bisa jadi berpikir tentang betapa tidak layaknya gubuk ini untuk dijadikan tempat berhuni. Sementara kita, orang-orang yang berkecimpung di dunia arsitektur, mungkin akan mempertanyakan apakah bangunan ini pantas diklasifikasikan sebagai arsitektur, ataukah hanya pantas menduduki posisi sebagai “bangunan” belaka. Jika ia bukan dianggap bagian dari arsitektur, maka alangkah kejam rasanya ilmu ini menyepaknya keluar dari ruang lingkup keilmuan dan kepeduliannya. Jika ia merupakan bagian dari arsitektur, aspek mana sajakah dari dirinya yang dapat memenuhi kriteria untuk disebut sebagai sebuah “arsitektur”?



Tentu saja, tulisan ini terlalu singkat dan dangkal untuk memberikan vonis apakah hunian di atas merupakan bagian dari arsitektur ataukah berada di luar ranah keilmuan ini. Tulisan ini sesungguhnya hanya ingin memberikan sedikit gambaran tentang pergeseran-pergeseran dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam cara pandang kita terhadap apa sebenarnya yang disebut sebagai arsitektur, sembari mencoba untuk menyikapi perbedaan-perbedaan pandangan yang mungkin ada secara lebih bijak.



Jika kita kembali kepada pertanyaan di atas –apakah ia merupakan bagian dari arsitektur ataukah tidak?– maka bisa jadi akan muncul beratus jawaban, beserta alasan yang dikemukakan untuk memperkuatnya. Pada masa Vitruvius (hingga saat ini!?), ketika arsitektur masih didefinisikan berdasarkan kekokohan, kegunaan dan keindahannya, bisa jadi bangunan hunian di atas tidak memenuhi satu aspek pun dari ketiganya. Ia mudah roboh tertiup angin kencang, ia sangat terbatas dalam menampung aktivitas penghuninya, dan ia juga tidak indah –terutama jika keindahan yang dijadikan tolok ukur adalah keindahan yang extravagant–. Pendapat senada mungkin juga akan diungkapkan oleh Nikolaus Pevsner yang menganggap arsitektur hanya pantas disematkan pada bangunan-bangunan yang dirancang dengan pertimbangan-pertimbangan akan daya tarik estetis (Pevsner dalam Ballantyne, 2002: 11). Dengan pandangannya ini, Pevsner ini tentu dengan sangat tegas akan menyingkirkan gubuk di atas dari ranah arsitektur. Bisa jadi, ada pula yang memasukkannya ke dalam ruang lingkup arsitektur, namun dengan berbagai peryaratan yang harus dipenuhi sebelumnya, layaknya seseorang yang hendak melamar menjadi anggota sebuah klub. Misalnya saja, bentuk dan materialnya yang harus sesuai standar, luas ruang yang harus memenuhi ketentuan minimal, dan sebagainya. Sebaliknya, bagi filsuf Yunani Diogenes –yang digambarkan hidup di dalam sebuah gentong yang hanya sedikit lebih besar dari tubuhnya (the pithos)–, bangunan di atas bahkan bisa jadi terlalu mewah untuk dijadikan sebagai tempat berhuni.



Sebagian arsitek ada pula yang berpendapat bahwa hanya bangunan yang dirancang oleh arsiteklah yang pantas disebut sebagai arsitektur. Pendapat ini bisa jadi benar dalam konteks tertentu. Walau begitu, ia tampaknya lebih banyak menggambarkan ego dan kebutuhan para arsitek untuk diakui di masyarakat. Secara logis, sebenarnya hanya seseorang yang dapat menghasilkan sebuah “arsitektur”lah yang pantas disebut sebagai seorang “arsitek”, bukan sebaliknya. Karena perbincangan hangat mengenai hubungan antara arsitektur dan arsitek ini pulalah, muncul istilah-istilah seperti “architecture without architect”, dan sebaliknya “architect without architecture”. Istilah pertama menggambarkan pengakuan akan keberadaan obyek-obyek arsitektur, yang walaupun tidak dirancang oleh arsitek profesional, namun memiliki “kadar arsitektural” yang sangat tinggi, dan dengan demikian pantas disebut sebagai “arsitektur”. Sementara itu, istilah “architect without architecture” tampaknya lebih merupakan sindiran halus kepada orang-orang yang merasa dirinya arsitek profesional, namun tidak mampu menghasilkan satu pun bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur. Shame on us, isn’t it? ^_^



Perubahan dan pergeseran cara pandang memang merupakan sesuatu yang niscaya di dalam dunia yang dipenuhi oleh manusia-manusia yang senantiasa berpikir. Di tahun 1990-an, ketika industrialisasi di Eropa telah sampai kepada titik jenuh akan pertimbangan-pertimbangan materialistik semata, muncul keinginan-keinginan di ranah pemikiran arsitektur untuk kembali kepada dunia perancangan yang mempertimbangkan aspek etika sebagai bagian tidak terpisahkan darinya. Etika yang dimaksud di sini tentulah tidak semata-mata etika terhadap sesama manusia, melainkan juga kepada makhluk hidup lain dan lingkungan alam yang mewadahi semua itu. Kepedulian akan lingkungan alam, yang disebut sebagai “pihak yang paling lemah” oleh Galih Widjil Pangarsa di dalam bukunya “Merah Putih Arsitektur Nusantara”, mulai memperoleh gaungnya. Walaupun masih lebih sering berada di ranah filosofis yang sering dituding sebagai utopian (Pangarsa, 2006: 53), tampaknya pemikiran ini berimbas cukup besar kepada cara pandang sebagian arsitek dan akademisi terhadap arsitektur dan ruang lingkupnya. Lingkungan alam, ujar Mohd. Tajuddin Mohd. Rasdi di dalam tulisannya “Crisis in Islamic Architecture”, harus mulai dipandang sebagai ‘the spaceship Earth’, sehingga apapun yang terjadi terhadap pesawat itu, manusia sebagai kru di dalamnya akan merasakan pula dampaknya (Tajuddin, 2003). Pandangan-pandangan semacam ini memasukkan pertimbangan akan keberlangsungan alam sebagai bagian yang penting dari arsitektur.



Jika perubahan paradigma mengenai apa yang disebut sebagai arsitektur itu berimbas pula pada gubuk hunian ini, maka bisa jadi bangunan itulah yang justru “lebih arsitektural” daripada bangunan-bangunan mewah yang memenuhi tiga kriteria Vitruvius di atas. Tengoklah betapa sedikit dampak negatif dari gubuk beralas tanah dan berukuran kecil ini terhadap lingkungan alam, jika dibandingkan dengan dampak negatif yang diakibatkan deretan rumah besar yang membelakanginya itu. Penutupan seluruh bidang tapak yang masif pada rumah-rumah mewah itu sebenarnya bukan disebabkan oleh permasalahan keterbatasan lahan perkotaan –sebuah alasan klasik untuk menutup habis tanah yang mereka miliki–. Tampaknya, fenomena itu lebih merupakan cerminan dari kemasabodohan manusia-manusia yang merancang, membangun dan mendiaminya, akan keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan alam.



Lebih jauh, gubuk di atas bahkan dapat disebut sebagai “sangat arsitektural”, karena dengan menatapnya saja, manusia dapat mengambil pesan dan memperoleh pelajaran akan keseimbangan hubungan manusia dan alam. Manusia harusnya mengambil seperlunya saja dari alam dan masih menyisakan “udara segar” agar tanah yang kita pijak ini masih tetap dapat bernafas. Pelajaran seindah ini bahkan dapat kita peroleh dari dua pohon pisang yang masih dapat tumbuh segar di halaman belakang gubuk ini. Once again shame on us, isn’t it? ^_^ Andrew Ballantyne di dalam Introduction buku “What is architecture?” menyatakan: “Such buildings are informative and philosophically interesting, because they can be seen to be testing an idea, and they therefore tend to be discussed and revisited in commentaries, even if they are not particularly beautiful or good to live in. They are valuable because we can learn something from them.” (Ballantyne, 2002: 3-4). Adakah pelajaran sebaik ini dapat kita raih dari deretan rumah mewah di belakang gubuk itu?



Satu lagi pendapat menarik tentang arsitektur, adalah apa yang didefinisikan Spiro Kostof sebagai bukan sesuatu yang inheren di dalam bangunan itu sendiri, melainkan sebagai permasalahan kultural yang melibatkan bangunan. “The buildings turn into architecture when we feel that we should notice them and treat them with respect, and this can happen to any building.” (Ballantyne, 2002: 12). Dalam pandangan ini, persepsi kitalah yang memegang peranan untuk menentukan apakah sebuah bangunan cukup berarti bagi kita untuk kita anggap sebagai arsitektur ataukah tidak. Sebuah bangunan dapat dianggap sebagai sebuah arsitektur oleh sebagian orang, dan sebaliknya, bahkan tidak dipersepsi sama sekali oleh sebagian yang lain. Dalam kasus di atas, sebuah gubuk pun dapat kita anggap sebagai arsitektur jika ia memiliki arti tertentu bagi kita, sebaliknya, rumah-rumah mewah yang tidak memiliki arti dan kesan apa-apa bagi kita hanya akan berakhir sebagai bangunan belaka.



Adalah menarik untuk menyadari bahwa perdebatan-perdebatan semacam ini tampaknya tidak akan pernah sampai pada satu kesimpulan besar mengenai apakah gerangan arsitektur itu dan seberapa besarkah ruang lingkupnya. Walaupun begitu, setiap pendapat yang mencoba mendefinisikan hal ini selalu menarik untuk diselami, karena dari sanalah kita dapat mengambil nilai-nilai kebenaran dan kebijaksanaan yang mungkin terkandung di dalamnya. Dengan memahami dan membandingkan setiap pendapat yang ada, kita dapat pula memperoleh keluasan pengetahuan akan konteks dan keterbatasan dari masing-masing definisi. Lebih jauh, pada akhirnya kita dapat pula menggali dan menemukan latar belakang dan cara pandang dari para pencetusnya, yang bersembunyi di balik setiap pernyataan yang mereka lontarkan.





Daftar Pustaka

Ballantyne, Andrew (2002), What is Architecture, London: Routledge

Mohd. Tajuddin, Mohd. Rasdi (2003), “Islamic Architecture in Malaysia: a Case of Middle Eastern Inferiority Complex”, Crisis in Islamic Architecture, The KALAM Papers June 2006. Malaysia: Fakulti Alam Bina UTM

Pangarsa, Galih Widjil (2006), Merah Putih Arsitektur Nusantara, Yogyakarta: Penerbit Andi